Jumat, 11 Maret 2011

GUNUNG PAPANDAYAN

Kaki Gunung Papandayan

(Februari 2011)
Bersenang-senang di Gunung, part 1

Gunung Papandayan adalah salah satu gunung api yang familiar namanya bagi para pendaki gunung. Terletak di Kecamatan Cisurupan, sekitar 25 Km sebelah barat daya Kabupaten Garut dengan posisi geografis 7o19’ Lintang Selatan dan 107o44’ Bujur Timur dengan ketinggian 2665 Mdpl atau sekitar 1950 M diatas dataran Garut. Disebelah selatan gunung ini terdapat Gunung Guntur dan disebelah timurnya terdapat Gunung Cikuray.

Jalan berbatu di awal pendakian
Perjalanan dimulai pada jumat malam pukul 21.00 dengan menaiki bus Jakarta-Garut dari Pasar Rebo dan tiba di terminal Garut Sabtu pukul 01.30 pagi. Setelah itu naik angkutan umum kira-kira 1 jam hingga sampai di Mesjid di Cisurupan. Sisanya diisi dengan ishoma dan naik mobil pick up menuju kaki gunung. Pukul 08.00 kita tiba di titik awal pendakian Gunung Papandayan. Lapangan parkir seluas lapangan bola terlihat seperti beranda Papandayan. Di salah satu sudutnya terdapat beberapa fasilitas seperti MCK, Mushola dan warung-warung makanan. Di sana ada pula sekumpulan pemandu yang terlatih pengetahuannya untuk membantu kita memahami lebih dalam tentang Gunung Papandayan.


Sumber belerang beserta letusan kecilnya
Nama Papandayan berasal dari bahasa sunda yaitu “Panday” yang berarti pandai besi. Kata tersebut muncul karena pada saat melintasi gunung tersebut, masyarakat sering mendengar suara-suara yang mirip keadaan di tempat kerja pandai besi. Ternyata suara itu berasal dari kawah yang sangat aktif. Untuk keberadaan kawah, Gunung Papandayan memiliki beberapa kawah yang terkenal, di antaranya yaitu Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk. Kawah-kawah tersebut mengeluarkan uap dari sisi dalamnya.

Rute perjalanan gunung Papandayan
Gunung Papandayan tercatat telah mengalami beberapa kali erupsi. Di antaranya pada 1773, 1923, 1942, 1993, dan 2003. Letusan besar yang terjadi pada tahun 1772 menghancurkan sedikitnya 40 desa dan menewaskan sekitar 2951 orang. Daerah yang tertutup longsoran mencapai 10 km dengan lebar 5 km. Aktivitas gunung ini masih berlanjut hingga saat ini. Bila pada bulan April 2006 Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan status gunung Papandayan menjadi waspada, kini statusnya meningkat menjadi level 2 terhitung dari Oktober 2010. Hal ini disebabkan adanya peningkatan suhu di 2 kawah, yakni Kawah Mas (245-262 derajat Celsius), dan Balagadama (91-116 derajat Celsius). Sementara tingkat pH berkurang dan konsentrasi mineral meningkat. Meski demikian, bagi para pecinta alam, kondisi ini tidaklah menjadi penghalang untuk terus berkunjung dan menikmati sensasi pendakiannya, contohnya adalah kami yang datang dan pulang dengan senang hati pada 12-13 Februari 2010. Berikut adalah beberapa lokasi favorit para pendaki, wisatawan, maupun peneliti:

1. Pondok Saladah
Perjalanan menuju pondok Saladah
Begitu tiba di Pondok Saladah untuk mendirikan tenda, kita bisa melihat areal padang rumput seluas 8 Ha yang dihiasi dengan aliran sungai Cisaladah. Sisa-sisa hujan membuat genangan lumpur di beberapa tempat dan menghisap sebuah sendal jepit yang digunakan oleh seorang pendaki tak bersepatu :). Pondok Saladah dengan ketinggian 2288 Mdpl ini merupakan tempat untuk menikmati tumbuhan edelweis yang lebih mudah dijangkau bila dibandingkan dengan gunung lain. Sayangnya, akibat gempa dan longsor 2010, tumbuhan edelweis di tempat ini belum menunjukkan tanda-tanda akan mekar lagi. Meski demikian, sepanjang perjalanan dari tempat parkir, kita akan disuguhi panorama alam yang sangat indah, yakni pemandangan pembuka berupa bentangan kaldera berbentuk tapal kuda mencapai 3 Km dan dihiasi oleh bebatuan berserakan yang berwarna-warni. 
Pendakian butuh usaha
Disebelah kanan selama perjalanan kita akan menjumpai dinding batu berwarna perak bernama tebing soni, dimana kota garut dapat terlihat dari puncak tebing ini, sementara disebelah kirinya kita dapat melihat jejak dari daerah bekas aliran letusan gunung pada tahun 2002, pohon-pohon yang hangus terbakar dan lubang-lubang yang mengeluarkan uap panas dari dalam tanah. Selain Pondok Saladah, tempat berkemah yang lain adalah Camp David yang terletak di belakang tempat parkir seluas 1 Ha.

2. Kawah Mas
Kawah Mas yang memiliki luas 10 Ha adalah lokasi utama para pengunjung datang ke gunung ini. Dibandingkan dengan lokasi lain di sekitar gunung, kawah Mas merupakan lokasi yang sudah dibangun dan tampak lebih maju, ini karena kawah Mas merupakan pusat dari rangkaian sejarah letusan Gunung Papandayan. Di kawah ini terdapat 14 lubang letusan yang mengeluarkan asap dengan warna yang berbeda-beda dan menimbulkan berbagai suara yang unik, beberapa mata air mengandung belerang juga terlihat keluar dari sela-sela bebatuannya.

3. Tegal Alun-Alun
Panorama sekitar Papandayan
Tegal Alun-Alun merupakan lokasi kawah tertua yang telah lama mati dan berubah menjadi padang terbuka dengan dihiasi oleh tumbuhan edelweis. Di lokasi ini terdapat sumber mata air bagi Sungai Ciparugpug dan menjadi tempat peneliti untuk mengamati satwa liar beserta tumbuhan endemik.




Sumber air dengan sedikit belerang
4. Tegal Panjang
Tegal Panjang merupakan area pengamatan yang juga baik. Disini kita dapat menemukan 25 jenis tumbuhan herba yang hidup bersama alang-alang. Beberapa diantaranya yang menonjol adalah ki urat, antanan, Scleria Terestis, tumbuhan endemik Alchemilla villosa dan tumbuhan langka Primula imperalis. Itulah salah satu alasan yang menjadikan Gunung Papandayan sebagai Cagar alam di tahun 1924. Selain tumbuhan, kita juga dapat menjumpai dan mengamati satwa hutan Papandayan seperti monyet surili, lutung, babi hutan, mencek, beberapa jenis elang dan burung langka lainnya, serta macan tutul, sedangkan di daerah pinggiran hutan dekat perkebunan, kita bisa menjumpai binatang tando, sigung dan careh dengan mudah. Menurut catatan dokumen kolonial Belanda, dahulu kala masih dapat dijumpai banteng, rusa dan pelanduk yang terlihat merumput di Tegal Panjang. Pemangsa berupa harimau jawa juga masih sering muncul. Tetapi sekarang semuanya hanya tinggal kenangan saja, satwa-satwa tersebut diperkirakan telah punah di gunung tersebut.

5. Lembah Maut (Lembah Ruslan)
Nama Lembah Maut (Lembah Ruslan) berasal dari pemberitaan tanggal 18 Desember 1924 dimana seorang mantri bernama Ruslan terjatuh ke lembah ini dan tak sadarkan diri, beberapa saat kemudian mantri Ruslan dinyatakan meninggal karena menghirup gas CL2. Setelah kejadian meninggalnya mantri Ruslan, lembah ini dinyatakan berbahaya. Selain pemberitaan tersebut, di lembah ini juga banyak ditemukan bangkai binatang yang mati akibat terjebak gas beracun, oleh karena itu, pengunjung diharapkan berhati-hati bila mendekati lokasi ini.

Hutan mati
Selain 5 tempat tersebut, masih banyak lokasi-lokasi menarik di Gunung Papandayan, termasuk Hutan mati. Untuk dapat menikmati panorama keindahan gunung ini dengan optimal, rencanakan rute perjalanan yang hendak dituju dan konsultasikan dengan pemandu untuk menghindari lokasi yang terkena longsor dan berbahaya. Jangan lupa untuk membawa kembali sampah-sampah bekas pakai dan tidak mencemari lingkungan dengan bahan-bahan kimia. Mari cintai gunung kita dan selamat bersenang-senang :) :) :)!

Untuk dikenang bagi penulis:
Tenda kita :)
Perjalanan di Gunung Papandayan memberikan kesan yang mendalam bagiku. Awalnya aku mengira bahwa rombongan hanya akan camping di kaki gunung, ternyata tidak. Meski demikian, aku sangat menikmati pemandangan meskipun tidak sampai puncak. Dari tepian Hutan Mati, kekaguman memuncak saat melihat panorama pegunungan yang menjulang tinggi berselendangkan awan diterpa percikan cahaya mentari. Subhanallah, sungguh membuat aliran darah berdesir kencang. Meski dengan menahan ngilunya kaki yang terkilir, dalam hati aku sangat terkesima dengan keindahan alam yang ku lihat. Sangat senang dan kagum! Terima kasih ku ucapkan kepada 8 orang teman seperjalanan yang telah banyak membuat hari-hari di Papandayan menjadi sangat menyenangkan :)

Info transportasi plus-plus (Februari 2011):
  • Dari Tanjung Barat (Jakarta) menuju Garut:
Biaya Bus antar kota Rp.35.000,-/orang
  • Dari terminal Garut menuju Mesjid di Cisurupan:
Biaya naik angkutan umum Rp.5000,- hingga 10.000,-/orang
(harga siang dan malam hari berbeda)
  • Dari Mesjid di Cisurupan-Lapangan Gunung Papandayan:
Biaya naik mobil pick up Rp.10.000,-/orang
Atau biaya naik ojek Rp.15.000,-/orang

AMAZING PAPANDAYAN
Salam hangat,
true.ewi@gmail.com

1 komentar:

  1. mantab ceritanya,., papandayan emang bagus untuk yang ingin mencoba [engalaman naik gunung tapi g terlalu berat, pemandangannya juga lumayan bagus terutama buat pasangan karena tempatnya romantis,

    nitip share kalau mau sewa peralatan naik gunung bisa cek di www.rover-outdoor.com lokasi jakarta ada di utan kayu.

    terima kasih :)

    BalasHapus