Sketsa
dan infografik: Fredy Susanto, Kartografi: Warsono, NGI Maps, Teks: Reynold
Sumayku, Sumber: Buklet Pameran 200 Tahun Junghuhn, Geothe Institut Jakarta
& Erasmus Hius Jakarta, KITLV/Royal Netherlands Institute of Southeast
Asian and Carribean Studies, Malay
Archipelago oleh Alfred Russel Wallace (Primula Imperialis).
Junghuhn |
Pada 24 April 1864, ketika deraan
disentri amoeba membawa Junghuhn mendekati sakaratul maut, kepada Isaäc
Groneman-pengagum,
sahabta, sekaligus dokter pribadinya-dia
menyebutkan permintaan terakhir yang terdengar begitu puitis sekaligus
menggetarkan: “Sahabatku yang baik,
bukakanlah jendela-jendela. Aku ingin berpamitan dengan gunung-gunungku
tercinta. Untuk terakhir kali, aku ingin memandang hutan-hutan, aku ingin
menghirup udara pegunungan”.
Makam Junghuhn |
Dengan selempang di leher, Junghuhn
menyunggingkan senyum. Matanya yang setajam mata elang tak juga sayu. Seperti
akan menerima kebahagiaan. Groeneman membuka jendela-jendela dan menyeruakkan
hawa dingin dan segar dari arah Gunung
Tangkuban Perahu di depan yang seperti raksasa tergolek dalam kabut tebal di
remang-remang bulan tua. Saat itu hamper jam tiga dini hari. Usia Junghuhn 54 tahun-lahir pada 26 Oktober 1809-dan
hingga menghembuskan napas terakhir, ia tetap memegang teguh prinsip bahwa
hanya alam saja “sumber segala kebenaran”.
10 Resensi Penting
Junghuhn menurut saya:
1. Setelah lebih dari 200 tahun sejak kelahirannya, naturalis kelahiran Jerman, franz Wilhelm Junghuhn masih kerap dibicarakan sebagai orang asing yang paling mengenal-dan begitu mencintai-alam tanah Jawa. Junghuhn diizinkan cuti sebagai dokter militer pada akhir Januari hingga Maret 1840 karena penyakit maag dan usus. Alih-alih beristirahat, ia menggunakan kesempatan itu untuk kembali ke Plato Dieng dan menelitinya secara menyeluruh. Sejak itu, Junghuhn memiliki gagasan untuk mendirikan sanatorium pegunungan di Jawa bagi pasien orang Eropa.
1. Setelah lebih dari 200 tahun sejak kelahirannya, naturalis kelahiran Jerman, franz Wilhelm Junghuhn masih kerap dibicarakan sebagai orang asing yang paling mengenal-dan begitu mencintai-alam tanah Jawa. Junghuhn diizinkan cuti sebagai dokter militer pada akhir Januari hingga Maret 1840 karena penyakit maag dan usus. Alih-alih beristirahat, ia menggunakan kesempatan itu untuk kembali ke Plato Dieng dan menelitinya secara menyeluruh. Sejak itu, Junghuhn memiliki gagasan untuk mendirikan sanatorium pegunungan di Jawa bagi pasien orang Eropa.
Plato Dieng karya Junghuhn |
2. Buah keingintahuan pada
1837, Junghuhn mendaki Gunung Patuha. Penduduk lokal melarangnya karena angker
sehingga burung pun enggan terbang di Patuha. Ketika melihat danau Kawah Patuha, Junghuhn tahu, burung menghindari
aroma belerang yang kuat.
3. Sundoro di Jawa Tengah adalah salah satu gunung dengan vegetasi perdu dan ilalang. Mengetahui pentingnya vegetasi, Junghuhn mendorong reboisasi dan pelarangan pembukaan lahan di atas ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut.
3. Sundoro di Jawa Tengah adalah salah satu gunung dengan vegetasi perdu dan ilalang. Mengetahui pentingnya vegetasi, Junghuhn mendorong reboisasi dan pelarangan pembukaan lahan di atas ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut.
4. Di Kota Bandung, nama
Junghuhn disejajarkan dan diabadikan sebagai nama jalan bersama raksasa-raksasa
dunia akademis internasional seperti Eijkman, Pasteur, Bosscha, Ehrlich, Otten
dan Westhoff. Dalam buku Wajah Bandoeng
Tempo Doeloe karya Haryoto Kunto, Junghuhn bukan saja salah satu dari “tiga
orang Eropa yang ikut ‘babat alat’ Tatar Ukur yang sekarang dikenal sebagai
wilayah Kabupaten Bandung, melainkan juga orang
yang berhasil mengangkat nama Bandung sebagai gudang penghasil bubuk kina yang
utama di dunia”. Junghuhn melihat Cipanas, Cibodas, Cibeureum, serta
Kandang Badak yang masing-masing memiliki ketinggian 1.100, 1.370, 1.600 dan
2.500 meter di atas permukaan laut bukanlah tempat yang cocok bagi Kina. Ia menunjuk
daerah Pegunungan Malabar di Pandeglang sebagai tempat yang cocok. Inilah daerah
yang dianggap benar-benar memiliki kemiripan dengan daerah asal kina.
5. Di Eropa, nama
Junghuhn terkenal sebagai naturalis multibakat berkat bukunya tentang Tanah
Batak, Die Battalander auf Sumatra
yang terbit pada 1847. Instruksinya berasal dari Komisaris Pemerintah Pieter
Merkus untuk membuat peta kawasan, meneliti iklim dan kesuburan tanah,
menemukan kekayaan alam, menguji jenis-jenis kayu bahan perahu, dan setumpuk
lagi tugas yang sifatnya etnografis (Völkerkunde).
Kemudian pada awal 1850, terbitlah edisi pertama karya utama tentang Jawa dalam
bahasa Belanda, yaitu Java, Zijne Gedaante, Zijn Plantentooi en
Inwendige Bouw (Jawa, Bentuk, Vegetasi, dan Susunan Dalamnya), buku ini
juga diterbitkan dalam bahasa Jerman dengan judul Lanschafts-Ansichten von Java.
6. Junghuhn mulai
mendaki Gunung Merapi dan Gunung Merbabu pada November 1836, hasil observasi
sejak tahun itu smapai 1848 terhadap 40 gunung api di Jawa dituangkan dalam dua
jilid buku yang sangat memukau. Junghuhn juga membuat empat lembar peta besar
Pulau Jawa Kaart van het Einland Java, berwarna, hampir sama
lengkapnya dengan peta hasil rekaman satelit NASA tahun 2007, karya yang unggul
di bidang kartografi.
Badak Jawa yang ditemui Junghuhn |
7. Panduan Budi Daya
Junghuhn:
a. Ketinggian 0-600 mdpl; wilayah panas; suhu 26,3-22oC untuk padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, cokelat, hutan rimba dan pesisir, ilalang, akasia, jati, mangrove.
b. Ketinggian 600-1.500 mdpl; wilayah sedang; 22-17,1 oC untuk padi, tembakau, teh, cokelat, kina, sayur-sayuran, kopi, rasamala, hutan.
c. Ketinggian 1.500-2.500 mdpl; wilayah sejuk; 17,1-11,1 oC untuk kopi, teh, kina, sayur-sayuran, umbi-umbian, lumut, anggrek, cemara.
d. Lebih dari 2.500 mdpl; wilayah dingin; suhu 11,1-6,2 oC untuk pohon pakis sporadic, tidak ada tanaman budidaya.
a. Ketinggian 0-600 mdpl; wilayah panas; suhu 26,3-22oC untuk padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, cokelat, hutan rimba dan pesisir, ilalang, akasia, jati, mangrove.
b. Ketinggian 600-1.500 mdpl; wilayah sedang; 22-17,1 oC untuk padi, tembakau, teh, cokelat, kina, sayur-sayuran, kopi, rasamala, hutan.
c. Ketinggian 1.500-2.500 mdpl; wilayah sejuk; 17,1-11,1 oC untuk kopi, teh, kina, sayur-sayuran, umbi-umbian, lumut, anggrek, cemara.
d. Lebih dari 2.500 mdpl; wilayah dingin; suhu 11,1-6,2 oC untuk pohon pakis sporadic, tidak ada tanaman budidaya.
8. Primula imperialis Jungh, adalah bunga satu-satunya yang ditemuakn oleh
Junghuhn di puncak Gunung Pangrango, Jawa Barat pada pendakian pertamanya tahun
1839. Bunga ini tidak ditemukan di tempat lain.
9. Kecintaannya pada tanah Jawa tercermin dari 19 tahun hayatnya yang habis untuk meneliti gunung-gunung, tumbuhan, serta geografi Jawa dengan begitu detail. Gunung yang didaki Junghuhn sebelum 1837: G. Malabar, G. Merbabu, G. Merapi, G. Gede, G. Pangrango, G. Salak. Gunung yang didaki Junghuhn selama perjalanan pertama pada 1837 bersama Ernst Albert Fritze: G. Tangkuban Perahu, G. Patuha, G. Papandayan, G. Guntur, G. Cikurai, G. Galunggung, G. Ciremai. Gunung yang didaki Junghuhn selama perjalanan kedua juga bersama Ernst Albert Fritze, pada 1838: G. Sundoro, G. Sumbing, G. Ungaran, G. Lawu, G. Wilis, G. Lamongan, G. Ringgit.
9. Kecintaannya pada tanah Jawa tercermin dari 19 tahun hayatnya yang habis untuk meneliti gunung-gunung, tumbuhan, serta geografi Jawa dengan begitu detail. Gunung yang didaki Junghuhn sebelum 1837: G. Malabar, G. Merbabu, G. Merapi, G. Gede, G. Pangrango, G. Salak. Gunung yang didaki Junghuhn selama perjalanan pertama pada 1837 bersama Ernst Albert Fritze: G. Tangkuban Perahu, G. Patuha, G. Papandayan, G. Guntur, G. Cikurai, G. Galunggung, G. Ciremai. Gunung yang didaki Junghuhn selama perjalanan kedua juga bersama Ernst Albert Fritze, pada 1838: G. Sundoro, G. Sumbing, G. Ungaran, G. Lawu, G. Wilis, G. Lamongan, G. Ringgit.
Vulkanik |
10. “Gubuk pada ketinggian 1.300 meter, di atas
pegunungan, sangat sunyi, dua mil dari permukiman terdekat Bandung,” tulis
Junghuhn kepada Alexander von Humboldt, sebagai pengantar foto berupa
pemandangan rumahnya di Lembang. Humboldt
juga merupakan naturalis Jerman yang sangat terkenal, tokoh panutan Junghuhn,
yang sangat kagum atas keberhasilan Junghuhn.
November
2010
true.ewi@gmail.com
semoga bermanfaat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar