Berpetualang di Museum, part 4
 |
Wayang Golek besar |
Museum Wayang, dari namanya, kita sudah bisa menebak tentang apa isi dari museum tersebut, iya ga? tapi seperti apapun bayangan kita tentang isi museum itu, tidak akan sebanding dengan pengalaman seru bila kita mengunjungi tempat itu secara langsung.
Terletak di
Jl. Pintu Besar Utara No.27 Jakarta Kota 11110, Museum Wayang masih bisa dibilang bertetangga dengan Museum Fatahillah dan Museum Keramik. Harga tiket masuk dewasa cukup Rp.2000,-, mahasiswa Rp.1.000,- dan anak Rp.600,-.
 |
Tiket Masuk :) |
Bila kita perhatikan lebih detail, Gedung Museum ini memang tampak unik, karena sebenarnya gedung ini adalah
Gereja Lama Belada bernama De Oude Hollandsche Kerk yang pertama kali dibangun pada tahun 1640. Gedung yang bergaya Neo Renaissance ini sempat diperbaiki pada tahun 1732 dan berganti nama menjadi De Nieuwe Hollandse Kerk. Pada tahun 1808, terjadilah gempa yang berdampak negatif pada gedung. Pemugaran gedung pun dilakukan dan dijadikan sebagai museum wayang oleh Gubernur Jakarta, Pak Ali Sadikin pada tanggal 13 Agustus 1975.
 |
Display wayang |
Museum wayang memiliki koleksi wayang yang oke punya dan bermacam jenis. Ada yang terbuat dari kayu, kulit, dan bahan-bahan lain dengan jumlah mencapai angka 4.000 buah wayang! Woow! Bahkan sumber lain menyebutkan sekarang jumlahnya sudah bertambah menjadi 5.147 buah.
Ada wayang golek, wayang kulit, wayang kardus, wayang rumput (unik banget nih), wayang janur, wayang boneka dari berbagai negara, topeng-topeng wayang, hingga gamelan sebagai pengiring pertunjukan wayang. Berita baiknya, pada tanggal 7 November 2003, PBB memutuskan mengakui wayang Indonesia sebagai warisan dunia yang patut dilestarikan :)
 |
Dari berbagai negara |
Sebelum melangkah lebih jauh tentang isi museum, kita patut tahu apa sebenarnya wayang itu? Apa hanya terdapat di Indonesia? Yuk disimak,.
Wayang secara etimologi berasal dari kata ‘bayang-bayang’. Awalnya wayang ini digunakan untuk melakukan komunikasi dengan roh leluhur atau nenek moyang, dan perantaranya disebut dalang. Namun akhirnya berkembang menjadi sebuah sarana hiburan, pendidikan, media informasi maupun ajaran moral. Di negara lain, ada sarana serupa wayang namun tidak disebut sebagai wayang, ada yang seperti boneka yang besarnya bervariasi dan berwujud variasi pula, sedikit mengingatkan kita pada film boneka ‘chunky’. Nah, di museum ini ada tuh koleksi boneka tersebut, benda-benda itu berasal dari kawasan Asia hingga Eropa: Thailand, Malaysia, Suriname, Kelantan, Kamboja, India, Pakistan, Vietnam, Perancis, Inggis, dan Amerika. Jumlah koleksi ini didapatkan dari pembelian, hibah, sumbangan dan titipan.
 |
Salah satu lorong |
Oke, melangkah memasuki gedung museum, kita akan disambut oleh ondel-ondel, sang maskot khas Ibukota Provinsi DKI Jakarta, selanjutnya kita akan menelusuri lorong yang menampilkan wayang-wayang besar dan kecil. Termasuk koleksi wayang dari Bali. Setelah itu
kita akan memasuki ruangan-ruangan yang berisi banyak sekali koleksi wayang, mulai dari wayang Indonesia, hingga akhirnya boneka-boneka dari luar negeri. Di beberapa ruangan, terdapat media informasi mengenai bentuk-bentuk wayang beserta artinya, serta terdapat pula silsilah sejarah beberapa wayang asli Indonesia.
 |
Taman Museum Wayang |
Memasuki bagian tengah Gedung, terdapat Taman Museum Wayang, di sini kita bisa melihat ada prasasti-prasasti besar peninggalan Belanda yang menjadi objek foto-foto para turis lokal (terutama), tapi tidak banyak yang tahu bahwa tempat itu dulunya merupakan
Makam Jan Pieterszoon Coen dan teman-temannya. Nama-nama yang tertera di prasasti Taman Museum Wayang adalah nama-nama pejabat Belanda yang pernah dikubur di sana. Jadi bila bisa digambarkan, dahulu tempat itu adalah taman tempat peristirahatan terakhir dari Gereja tersebut, seperti di film-film. Tapi tenang saja, menurut literatur, karena ada pergeseran lahan, makam-makam tersebut direlokasi ke tempat lain, yaitu di Museum Prasasti *tempat prasasti Soe Hok Gie berada.
 |
Souvenir center |
Lanjut, diakhir perjalanan dalam museum ini, kita akan menuruni lorong menurun yang mengantarkan kita kepada
toko souvenir lengkap dengan asistensi dalam pembuatan wayang, bagi siapa yang berminat pada proses pembuatan wayang, mintalah penjelasan kepada bapak penjaga di area ini.
 |
Informasi di lantai |
Ohya, untuk pertunjukan, Museum wayang mempunyai jadwal rutin pada pukul 10.00 – 14.00, yaitu untuk Pergelaran Wayang Golek setiap Minggu II, Pergelaran Wayang Kulit Betawi Minggu III dan Pergelaran Wayang Kulit Purwa Minggu Terakhir, tapi
untuk kepastian pertunjukan, silahkan kontak terlebih dahulu ke nomor 021. 62929560 atau 6927289. Hal yang perlu diingat, seperti museum-museum lain, hari buka Museum Wayang yaitu Selasa sampai dengan Minggu, sedangkan Senin dan hari-hari besar, museum libur.
 |
Gamelan |
Untuk dikenang bagi penulis:
Ada dua hal yang berkesan, pertama: aku membaca literatur dan nonton tv tentang museum wayang seusai jalan-jalan ke museum tersebut, barulah paham tentang taman wayang dan sejarah-sejarahnya. Tak lama, pada kesempatan yang lain, aku berkunjung ke museum prasasti dan berkata pada temanku di depan salah satu tumpukan prasasti, ini makam pindahan dari museum wayang, dan museum wayang dulunya itu gereja. Kemudian temanku membalas “masa sih?” dan akhirnya kami berkunjung ulang ke museum wayang untuk mencari pembuktian :D
 |
Wayang topeng |
Kedua: saat kunjungan kedua itu berdekatan dengan hari keberangkatanku ke Seoul, jadi selama perjalanan museum, kami berbincang (practice) dalam bahasa inggris dan orang-orang memperhatikan, berasa turis :)
 |
Monumen |
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk yang membaca.
Salam hangat,
true.ewi@gmail.com
(ke lokasi Maret dan Oktober 2012, ditulisnya Februari 2013 :D)
Tambahan Literatur:
*Wikipedia.org
*http://www.jalanjajanhemat.com
*http://www.museumwayang.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar