(September 2011)
Berpetualang di Museum, part 2
 |
Tiket masuk museum |
Gedung Museum Bank Mandiri terletak di Jl. Lapangan Stasiun No. 1
(Stationsplein 1 - Binnen Niuewpoortstraat) yang dulunya berada dalam satu taman menyatu dengan Stasiun Kerata Api Jakarta-Kota atau Beos
(Bataviasche Oosterspoorweg Maatschap-pij). Dilihat dari luar, aksen kolonial menempel pada gedung yang bercat putih ini, namun bila kita sudah menginjakkan kaki ke dalam museum, pemandangan sekejap berubah seperti berada di daerah Texas. Dengan didominasi warna coklat, berunsur kayu, dan dilengkapi penunjuk arah, kita bisa merasakan ‘hawa’ petualangan koboi yang cukup menarik.
 |
inside museum, main entrace |
Untuk masuk ke dalam museum, kita harus membayar dua ribu rupiah per orang (dewasa) bila kita bukan pelajar atau bukan nasabah Bank Mandiri. Setelah mendapatkan tiket, kita bisa memulai petualangan kita di
main entrance tepat di tengah bagian depan bangunan. Akan terlihat ruangan yang luas, disisipi dengan meja duduk tinggi, loket-loket dan barang-barang perbankan yang di’awet’kan dan beberapa ruangan kecil menyusup di beberapa sisi tembok yang tidak bisa kita masuki, ruang-ruang itu merupakan tempat menyimpan berkas-berkas seperti buku besar (General Ledger) dan di’tunggui’ oleh patung-patung manusia, sekilas seperti ingin mengisahkan bagaimana keadaan museum ini selagi masih aktif.
 |
Pameran tertata rapi dan fleksibel |
Patung-patung/ replika-replika tersebut juga tampak di beberapa site seperti di tempat kasir, tempat pelayanan haji dan sebagainya yang cukup menambah kesan hidup. Tak hanya patung, museum Bank Mandiri juga mempunyai koleksi benda seni seperti lukisan kaca /kaca patri dan beberapa patung peninggalan kolonial yang mengandung unsur kepercayaan. Unsur seni pun terlihat dari lantai lobby, ruang rapat dan ruang direksinya yang memakai bahan mozaik keramik bercampur kaca (glasmozaik-tegels), sedangkan ruangan yang lain memakai tegel ubin (vloertegels) berwarna hitam, abu-abu dan merah.
Lanjut lagi menjelajahnya, bila kita berjalan ke sisi kiri dari main entrace, kita akan menjumpai sekat-sekat bertuliskan deposit, koleksi mesin fax yang ditempel di dinding, hingga mesin pencetak uang di area pajangan. Kemudian kita akan mengikuti alur dan berjalan memutari ruangan bermandikan cahaya sinar kuning dari lampu-lampu gantung berukuran besar ke sisi kiri dari main entrace. Di sini terdapat Chinese Cashier yang sepertinya menyembunyikan suatu ruangan yang misterius :D
 |
chinese cashier |
Bergeser ke samping kanan lagi dari Chinese Cashier, kita akan memasuki ruang urusan haji (beserta patungnya tentu) dan panel ke ruang-ruang berikutnya yang berisi sebagian koleksi peti uang, mesin hitung uang, surat-surat berharga seperti bilyet deposito, sertifikat deposito, cek, obligasi dan saham, serta uang kuno. Koleksi yang lebih banyak bisa kita lihat di lantai atas. Tangganya ada di dekat pintu masuk main entrace, dihiasi dengan prasasti kaca patri yang besar dan berwarna warni, hadiah dari Dr.CJK van Aalst dari Amsterdam.
 |
ruang rapat direksi |
Tiba di lantai atas, kita akan disambut dengan hangat oleh ruang rapat direksi yang terbuka lebar, lengkap dengan patung Garuda dan foto-foto tokoh berpengaruh di Bank Mandiri. Kita bahas sekilas tentang sejarah Bank Mandiri, dimulai dari berdirinya cabang pertama Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM) NV di Batavia atas prakarsa Raja Willem I pada tanggal 27 Februari 1826 dengan nama Factorij. NHM bertujuan untuk memulihkan perdagangan Belanda dengan negara jajahannya Hindia Belanda. Lain halnya dengan Verenigde Oost Indische Compagnij (VOC) dahulu, yang terbatas pada penyaluran produk Hindia-Belanda ke negeri induknya, jadi tidak timbal balik. Bagi NHM titik pangkalnya adalah gerak perdagangan kedua pihak.
 |
gaya kolonial |
Melihat perkembangan politik-ekonomi saat itu, NHM yang merupakan bank asing milik Belanda dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 5 Desember 1960 yang kemudian dilebur ke dalam Bank Koperasi Tani & Nelayan (BKTN). Lalu berubah-berubah lagi hingga akhirnya menjadi Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) tanggal 31 Desember 1968. Kemudian Bank Exim bermerger dengan 3 bank pemerintah lainnya, yaitu Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) menjadi Bank Mandiri dan mempunyai 255 kantor cabang di dalam negeri dan 3 kantor perwakilan luar negeri. Kantor Pusat terakhir berlokasi di Jl. Gatot Subroto Kav. 36-38 Jakarta.
 |
Pameran surat berharga dan sejarah museum |
Memang bila dibandingkan dengan museum Bank Indonesia yang diluar terlihat kuno namun di dalamnya sangat modern, maka museum Bank Mandiri adalah kebalikannya, koboi dan santai. Pesannya, kemanapun kita pergi, terutama ke tempat-tempat bersejarah, tolong jaga kebersihan ya, jangan buang sampah sembarangan dan jangan corat-coret sembarangan. Jangan merusak yang bukan haknya dan jangan asal mencela yang tidak dimengerti. Oke, yuk kita rame-rame datang berkunjung ke museum!
 |
Pameran fax dari masa ke masa |
Untuk dikenang bagi penulis:
Museum Bank Mandiri menambah khasanah perbankan dan permuseuman tersediri bagi penulis. Banyaknya ruangan dan detail arsitekturnya yang sangat kolonial bercampur cahaya kuning temaram membuat perasaan horor tapi penasaran, bercampur jadi satu. Beberapa pojok ruangan bisa membuat kesan seperti sedang berada di ruang isolasi atau penjara. Meskipun tersedia kipas angin di langit-langit, namun besarnya ruangan membuat udara kurang terasa sejuk. Pesan yang sama, semoga kedepan Bank Mandiri terus dipegang oleh tangan-tangan yang jujur dan memperhatikan masyarakat, sehingga tidak ada lagi masalah ekonomi yang demikian terpuruk menimpa lagi pada bangsa ini. Amin :D
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk yang membaca.
Salam hangat,
true.ewi@gmail.com
Tambahan Literatur:
Situs Resmi Bank Madiri Indonesia.