![]() |
Museum Bank Indonesia |
Berpetualang di Museum, part 1
Museum Bank Indonesia, kira-kira apa yang kita fikirkan bila mendengar nama tempat tersebut? Apakah sebuah bank yang dimuseumkan? Atau mungkin segalanya tentang uang di Indonesia? Apapun bayangan kita, yang jelas ketika masuk ke dalam museum ini tidak akan ada kata menyesal, bener deh! Tapi seseru apa sih? Yuk kita simak,.
Bank Indonesia merupakan bank sentral yang secara langsung memberikan dampak pada perekonomian di masyarakat. Didirikan pada tanggal 1 Juli 1953, Bank Indonesia merupakan perpanjangan dari De Javasche Bank (DJB) yang didirikan pada tahun 1828. Saat ini, gedung yang dahulu digunakan oleh DJB dan Bank Indonesia tidak digunakan lagi untuk proses perbankan. Pemerintah telah menetapkan bangunan tersebut menjadi bangunan cadar budaya sehingga nilai historisnya yang tinggi bisa tetap terjaga. Dibuka pada pukul 08.00 pagi, bangunan yang kini kita sebut dengan Museum Bank Indonesia menyajikan segudang informasi menarik yang dikemas dalam bentuk cyber museum. Pembahasan tentang perjalanan Bank Indonesia dalam bidang kelembagaan, moneter, perbankan dan sistem pembayaran hingga pengetahuan tentang undang-undang yang berlaku dari waktu ke waktu, bisa kita dapatkan dengan senang hati. Langkah pertamanya yaitu dengan menjejakan kaki di Museum bank Indonesia.
Museum Bank Indonesia terletak di Jl. Pintu Besar Utama No.3 Jakarta Barat-Indonesia. Bisa kita hubungi di nomor telepon (6221) 2600158 Ext.8111,8102,8100 Up: Gede Aryana, Fax. 62-21-2601730 dan Emailnya adalah museum@bi.go.id. Websitenya bisa dilihat di http://www.bi.go.id. Museum ini dibuka tiap Selasa-Minggu, sedangkan hari Senin dan hari libur nasional museum ditutup.
Untuk masuk ke dalam Museum ini, kita tidak perlu membayar sepeserpun alias gratis. Cukup mengisi buku tamu, kita bisa menjelajah kedalam museum yang luas, apik, sejuk dan penuh kreatifitas. Saat berada di resepsionis, kita akan dipandu untuk menyimak ilmu apa yang bisa kita dapat dengan bantuan soal-soal yang harus diisi. Jumlah soal hanya 5, bentuknya multiple choice dan semua jawabannya ada di dalam museum secara berurutan, membuat kita seperti menjelajah sambil membawa peta harta karun yang berisi teka-teki untuk dipecahkan.
Kita akan memulai petualangan dengan memasuki lorong 3 dimensi, dimana terdapat uang-uang berbagai nilai berjatuhan dan menunggu untuk ditangkap dengan menggunakan bayangan kita. Peluk saja uang itu di dinding 3 dimensi dan hup! Uang pun pecah dan berubah menjadi informasi tentang sejarah dan nilai uang yang telah kita tangkap.
Setelah puas menangkap uang, kita akan memasuki theater area yang filmnya bisa dinikmati sesuai jadwal. Setelah itu kita akan tiba di area sejarah uang. Langkah pertama memasuki area ini, kita akan disambut oleh nuansa samudera lengkap dengan suara gemuruh ombaknya, dimana terdapat objek-objek berupa kapal dan barang muatan visualisasi dari sejarah awal jual-beli di dunia yaitu tukar-menukar barang (barter). Di Indonesia, sistem barter yang bernilai sama antar objek sangat dibutuhkan terutama untuk jual-beli rempah-rempah, masih ingat kan bagaimana peran Indonesia pada zaman VOC? Waw, belajar sejarah lagi ni :D
Singkat cerita mengenai oktroi: Gagasan pembentukan bank memang sudah ada sejak lama, namun baru mulai diwujudkan ketika Raja Willem I menerbitkan Surat Kuasa yang berisikan wewenang kepada Pemerintah Hindia-Belanda untuk membentuk suatu bank berdasarkan wewenang khusus berjangka waktu atau lazim disebut Octroy (dalam tulisan sebenarnya). Oktroi menjadi ketentuan dan pedoman bagi De Javanesche Bank dalam menjalankan usahanya. Berbicara tentang Oktroi, ternyata lambangnya sungguh menarik, yaitu tameng berhiaskan pedang yang diapit oleh dua singa yang juga memegang pedang. Benar-benar cerminan made in luar negeri. Selain itu, nama Raja Willem ternyata terkenal di Jakarta, terbukti dari beberapa museum yang ada, nama raja itu selalu ditemukan, seperti di Balai Seni Rupa (Museum Seni dan Keramik), maklumlah ya, namanya juga Raja :D
Memasuki area bentuk-bentuk uang, kita akan melihat ribuan uang terpajang dalam kelompoknya masing-masing. Pada deretan mulai dari pintu masuk area, terdapat uang-uang berukuran kecil tapi dibuat dari emas asli dan logam-logam murni lainnya, sehingga nilai numerik uang ini sama dengan nilai intrinsiknya pada zaman tersebut. Kebanyakan dari uang-uang ini dipajang lengkap dengan loop atau kaca pembesarnya untuk memudahkan kita menganalisa. Bila kita detail memperhatikan setiap pajangan, kita akan menemukan uang lembaran dengan tulisan dalam 4 bahasa, yaitu Cina, Arab, Belanda dan Indonesia.
Pada sudut yang lain dalam ruangan, kita bisa melihat mata uang dari negara-negara lain di seluruh dunia dengan cara menarik rak-rak bening yang sudah tersusun rapih dengan pencahayaan yang memadai. Untuk diketahui, berfoto di dalam museum ini diizinkan, tapi tidak boleh menggunakan blitz pada area-area tertentu, termasuk dalam area ini karena uang kuno memiliki kerentanan tersendiri saat terkena cahaya blitz.
Puas memasuki area bentuk-bentuk uang, kita bisa duduk sejenak di atas bangku berbentuk uang logam token (tengahnya berlubang) yang cukup menampung beberapa orang saja. Setelah beristirahat, kita bisa melanjutkan perjalanan menuju ruang tempat penyimpanan emas, tapi emasnya hanya replika, hehe. Anyway, untuk kita yang mempunyai minat besar pada sejarah dan wawasan yang luas, bila merasa belum cukup puas dengan informasi yang dipajang, kita bisa menggali lebih dalam tentang informasi dari berbagai zaman beserta gambarnya dari setiap monitor komputer yang disediakan di berbagai tempat dalam museum ini. Penggunaan monitor ini mudah, ada yang berbentuk slide, ada pula yang berbentuk film. Menarik dan sangat bermanfaat.
Selain isi museum yang memang dirancang sebagai pusat informasi, bangunan ini juga mempunyai arsitektur berkelas. Disuatu lorong bisa kita temukan ukiran kaca sosok Hermes (salah satu dewa Yunani) yang juga akan kita temui patungnya di Museum Sejarah Jakarta (Fatahilah). Sepertinya dewa yang satu ini termasuk dewa favorit pada zaman itu, mungkin karena sosoknya merupakan simbol dari gairah dan kemenangan kali ya :D
Kedepannya dalam waktu dekat, Museum Bank Indonesia akan mengembangkan sistem audio pada setiap objek yang telah ditandai, sehingga kita bisa mendapatkan informasi dengan lebih seksama, seperti sedang dipandu oleh seorang guide. Memang, cyber museum kita yang satu ini betul-betul hebat dan terus maju. Pesannya, kemanapun kita pergi, terutama ke tempat-tempat bersejarah, tolong jaga kebersihan ya, jangan buang sampah sembarangan dan jangan corat-coret sembarangan. Jangan merusak yang bukan haknya dan jangan asal mencela yang tidak dimengerti. Oke, yuk kita rame-rame datang berkunjung ke museum!
Untuk dikenang bagi penulis:
Museum Bank Indonesia benar-benar nyaman untuk dikunjungi, informasinya lengkap dan penyajiannya tidak membuatku bosan. Aku senang karena selain sejarah bank dan perkembangan masalah uang di Indonesia, literatur lainnya seperti kejadian zaman perang dan tokoh-tokoh pahlawan daerah juga ada didalamnya. Keindahan museum ini tidak hanya terletak pada bangunannya yang terawat tapi juga pada detail mata uangnya. Beberapa desain yang telah diciptakan oleh DJB dan BI kiranya telah mencakup kebudayaan yang ada di Indonesia. Semoga kedepan, Museum Bank Indonesia dan Bank Indonesianya sendiri terus dipegang oleh tangan-tangan yang jujur dan memperhatikan masyarakat. Semoga tidak ada lagi masalah ekonomi yang demikian terpuruk menimpa lagi pada bangsa ini. Amin :D
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk yang membaca.
Salam hangat,
true.ewi@gmail.com
Tambahan Literatur:
Situs Resmi Bank Sentral Republik Indonesia.